Jumat, 09 November 2012

Mohammad Toha Jawara Dari Bandung

Biografi

Toha dilahirkan di Jalan Banceuy, Desa Suniaraja, Kota Bandung pada tahun 1927. Ayahnya bernama Suganda dan ibunya yang berasal dari Kedunghalang, Bogor Utara, Bogor, bernama Nariah. Toha menjadi anak yatim ketika pada tahun 1929 ayahnya meninggal dunia. Ibu Nariah kemudian menikah kembali dengan Sugandi, adik ayah Toha. Namun tidak lama kemudian, keduanya bercerai dan Muhammad Toha diambil oleh kakek dan neneknya dari pihak ayah yaitu Bapak Jahiri dan Ibu Oneng. Toha mulai masuk Volk School (Sekolah Rakyat) pada usia 7 tahun hingga kelas 4. Sekolahnya terhenti ketika Perang Dunia II pecah.

Saat masa pendudukan Jepang, Toha mulai mengenal dunia militer dengan memasuki Seinendan. Sehari-hari Toha juga membantu kakeknya di Biro Sunda, kemudian bekerja di bengkel motor di Cikudapateuh. Selanjutnya, Toha belajar menjadi montir mobil dan bekerja di bengkel kendaraan militer Jepang sehingga ia juga mampu bercakap dalam bahasa Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, Toha terpanggil untuk bergabung dengan badan perjuangan Barisan Rakjat Indonesia (BRI), yang dipimpin oleh Ben Alamsyah, paman Toha sendiri. BRI selanjutnya digabungkan dengan Barisan Pelopor yang dipimpin oleh Anwar Sutan Pamuncak menjadi Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI). Dalam laskar ini ia duduk sebagai Komandan Seksi I Bagian Penggempur. Menurut keterangan Ben Alamsyah, paman Toha, dan Rachmat Sulaeman, tetangga Toha dan juga Komandannya di BBRI, pemuda Toha adalah seorang pemuda yang cerdas, patuh kepada orang tua, memiliki disiplin yang kuat serta disukai oleh teman-temannya. Pada tahun 1945 itu, Toha digambarkan sebagai pemuda pemberani dengan tinggi 1,65 m, bermuka lonjong dengan pancaran mata yang tajam.



Anda pasti tahu peristiwa Bandung Lautan Api, bukan? Mochamad Toha adalah salah satu tokoh penting dalam peristiwa yang heroik itu. Berkat kepahlawanannya, nama M Toha sudah menjadi nama jalan di Kota Bandung.

Meski begitu, Mochamad Toha dipastikan tidak akan menjadi pahlawan nasional. Pemerintah RI telah menolak secara resmi usulan masyarakat Jawa Barat yang mengajukan M Toha sebagai pahlawan nasional .

"Riwayat beliau dinyatakan sumir, tidak jelas," kata Ketua Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia cabang Jawa Barat, Nina H Lubis, Sabtu (21/4). Penolakan tersebut tertuang dalam surat tertanggal 29 Oktober 2007, dari Departemen Sosial (nama sebelum menjadi kementerian, red).

Surat yang ditandatangani Dirjen Pemberdayaan Sosial mengatakan penghormatan untuk Toha sudah diberikan berupa penghargaan negara. Yaitu berupa Bintang Mahaputra Pratama. Disebut sudah setara dengan pengorbanan Toha.

Saat ini Jawa Barat memiliki 13 dari 100-an pahlawan nasional. Tidak semuanya terkenal. Mereka adalah Ketua Mahkamah Agung pertama, Mr Kusumaatmadja; Oto Iskandar Dinata; Dewi Sartika; Djuanda, RE Marthadinata; dan ulama pejuang Tasikmalaya, KH Zainal Mustofa.

Berikutnya adalah Iwa Kusuma Sumantri; Gatot Mangkubraja; aktivis PNI, Maskoen Sumadiraja; ulama pejuang Bekasi, KH Nur Ali; dan tokoh pers Indonesia, RM Tito Adisuryo. Lalu, ulama pejuang dari Majalengka, KH Abdul Halim, dan mantan Gubernur Bank Indonesia, Sjafruddin Prawiranegara.
Redaktur: Heri Ruslan

1 komentar: