Maraknya tawuran di
kalangan pelajar dan mahasiswa menjadi bukti bila kebijakan pendidikan
yang ada selama ini gagal, kata anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat
Rohmani.
"Kebijakan pendidikan yang selama ini dibangun pemerintah terlalu
berorientasi pada nilai atau akademik semata. Semua potensi pendidikan
diarahkan untuk mengejar nilai ujian," katanya di Jakarta, Sabtu.
Menanggapi maraknya tawuran pelajar akhir-akhir ini, ia melihat
bahwa tawuran yang ada saat ini adalah buah dari kebijakan pendidikan
yang berorientasi pada "score test".
"Sekarang kita memetik kebijakan yang selama ini dibuat
pemerintah," kata legislator yang membidangi masalah pendidikan,
kebudayaan, olahraga dan pariwisata itu.
Ia mengatakan bahwa anak didik yang lemah secara akademik akan termarjinalkan oleh sistem yang ada saat ini.
Contohnya, kata dia, anak yang gagal ujian nasional dicap sebagai siswa yang bodoh.
"Seharusnya pendidikan tidak memberikan stempel pintar atau bodoh. Kesuksesan pendidikan tidak sebatas akademik," katanya.
Ditegaskannya bahwa ujian nasional patut dievaluasi, karena telah
melahirkan pelajar yang ada seperti saat ini, yakni tidak membangun
karakter anak didik.
"Seharusnya pendidikan mengedepankan pendidikan karakter," katanya.
Untuk itu Rohmani meminta kepada pemerintah dan masyarakat jangan sepenuhnya menyalahkan anak-anak yang tawuran.
"Pemerintah harus berani mengoreksi atas kebijakan yang selama ini
mereka buat. Justru anak-anak yang tawuran adalah korban kebijakan
pendidikan yang keliru," demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar